Aroma panas selalu tersaji dalam setiap Derby della Capitale. Sebelum laga tadi malam bahkan terjadi kericuhan besar-besaran di luar stadion. Enam orang ditikam dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Panas di luar, panas juga di dalam. Di lapangan tercipta 34 foul, 7 kartu kuning, plus 1 kartu merah.
AS Roma yang menjadi tuan rumah gagal memanfaatkan keuntungan melawan 10 pemain Lazio. Pertandingan pun berakhir dengan skor imbang 1-1. Hasil ini sangat disayangkan karena biasanya kedua tim selalu saling mengalahkan. Terakhir kali kdua tim bermain imbang adalah di musim 2006/2007.
"Sayangnya kita membuang banyak peluang babak pertama. Tapi babak kedua berjalan lebih baik dan yang penting adalah bahwa kita tidak kalah," ucap sang kapten Fransesco Totti seusai pertandingan.
Lazio memang sempat unggul melalui Hernanes di menit 16, namun Totti menyamakan kedudukan di menit 59 melalui titik putih.
Lazio Menyerang dari Sayap
Menghadapi Lazio, tak seperti biasanya pelatih Roma, Aurelio Andreazzoli, tak menggunakan back-three yang kerap jadi andalannya. Jika di 5 laga terakhir ia menggunakan formasi dasar 3-4-2-1, di pertandingan tadi malam ia memakai 4-3-1-2. Konsekuesinya adalah membangkucadangkan Ivan Piris. Pada posisi duet center back, Andreazzoli lebih memilih duet Leandro Castan-Marquinhos ketimbang Burdisso-Marquinhos yang kerap jadi langganan starting eleven.
Starting Line-Up |
Dengan pola ini otomatis Torosidis dan Marquinho yang biasa dipasang sebagai wing-back mau tak mau mundur menjadi full-back. Terlihat sekali Roma agak getir menahan laju serangan Lazio yang kerap menyerang dari posisi sayap melalui Candreva dan Lulic.
Absennya Osvaldo terasa betul bagi Roma. Lini depan Il Giallorossi terasa pincang. Dua ujung tombak mereka di depan Totti dan Erik Lamela bukanlah tipikal striker murni. Kedua pemain ini lebih banyak berperan sebagai second striker. Imbasnya, lini depan Roma tampil kurang dominan dan lebih banyak berkutat di tengah sama seperti saat mereka ditaklukan Palermo 2-0 minggu lalu.
Di kubu lawan, menggunakan pola 4-1-4-1 terlihat Lazio ingin menguasai lapangan tengah sembari menyerang dengan memanfaatkan lebar lapangan. Miroslav Klose yang dipasang sejak menit awal, membuahkan hasil yang tak maksimal. Kendati begitu, srategi Vladimir Petkovic yang memasang Klose sejak menit awal berhasil membuat Roma melakukan kesalahan dengan hanya terfokus bertahan di kotak penalti dan melupakan second line.
Kuartet Klose - Lulic - Hernandez - Candreva
Di menit-menit awal, dipasangnya Marquinho sebagai full-back kanan membuat Roma sedikit kelabakan. Sebagai tipikal pemain dengan naluri menyerang, Marquinho selalu gagal menahan laju Antonio Candreva. Sampai menit 20 babak pertama, terlihat dengan jelas, Lazio memanfaatkan kelemahan ini. Candreva begitu dominan di sisi kanan penyerangan. (Lihat grafik di bawah ini: pergerakan Candreva di menit 1-15).
Pergerakan Candreva |
Roma sebenarnya bisa mematikan Candreva dengan syarat De Rossi mampu menunaikan tugasnya dalam mengawal Hernanes. Sebab, suplai bola terbanyak yang diterima Candreva berasal dari lini tengah yang ditempati Hernanes. Tercatat, aliran bola kepada Candreva hampir 70% throughpass dari lini tengah. Pergerakan Alvaro Gonzalez yang berada tepat di belakang Candreva berhasil ditahan oleh Marquinho sehingga dia tak bisa leluasa memberi sokongan pada Candreva.
Sampai babak pertama usai, lini serangan Lazio hanya terfokus kepada sayap kiri Roma. Kelemahan Marquinho � Florenzi � De Rossi terus dieksploitasi Candreva � Hernanes � Klose dan Senad Lulic yang bahkan kerap bertukar posisi meninggalkan sayap kiri guna beroperasi di sayap kanan.
Kendati memasang Klose sendirian di depan, dengan cerdik Petkovic lebih banyak mengintruksikan Klose mundur ke luar kotak pinalti. Otomatis serangan sayap Lazio bukanlah diakhiri dengan crossing melainkan lebih banyak berupa tusukan ke dalam yang diakhiri dengan shooting langsung ke gawang.
Posisi Klose yang sering turun ke luar kotak penalti juga disengaja dalam upaya untuk memaksimalkan peran Candreva atau Lulic yang menusuk ke kotak penalti dari sisi kanan dan kiri. Sedangkan Hernanes stand by di sekitar kotak penalti sembari menunggu bola rebound.
Untuk menciptakan gol, Lazio hanya menyerang melalui flank dan mengeksploitasi kelengahan De Rossi-Bradley yang terlalu mundur ke belakang dan menyisakan ruang tembak yang kosong di depan kotak penalti. Terbukti di babak pertama, Lazio berhasil mencetak 7 attempts yang satu di antaranya berhasil merobek gawang Roma yang dijaga Maarten Stekelenburg. Dan itu dilakukan oleh Hernanes yang sabar menunggu di luar kotak penalti.
Totti Mengambil Peran Lamela
Kelemahan De Rossi langsung direspon Andreazzoli dengan menarik De Rossi dan memasukkan Mattia Destro di menit 53. Kondisi ini membuat barisan depan Roma kembali lebih hidup. Destro yang merupakan striker murni membuat Totti dan Lamela bisa lebih mundur ke belakang sebagai second striker.
Peran Lamela di laga ini agak kurang maksimal karena dijaga ketat oleh Senad Lulic yang membantu barisan pertahanan. Di laga ini Lamela diplot sebagai pemain bertipikal inverted winger di sayap kanan. Untuk mematikannya, Lulic dengan cerdik terus menjaga ruang di sisi dalam lapangan, mendesak Lamela terus ke pinggir, sehingga kesulitan cutting inside guna memaksimalkan kaki kirinya. Hal ini dibuktikan dengan data bahwa sepanjang pertandingan, sebagai seorang playmaker, Lamela hanya mampu passing 14 kali, 7 di antaranya gagal.
Pergerakan Lamela |
Kendati begitu, Roma berhasil mengeksploitasi kelemahan sayap kiri Lazio yang dikawal Alvaro Gonzalez. Seperti yang sudah diuraikan di bagian sebelumnya, dominasi Candreva di sisi kanan penyerangan tidak diimbangi oleh Gonzalez. Dia terlihat canggung. Kurang agresif dalam menyokong Candreva tapi juga kerap kehilangan posisi saat bertahan.
Seperti diketahui, Gonzalez bukanlah pemain bertipikal full-back. Dulunya pun dia adalah penyerang sayap. Masuknya Dodo amat membantu peranan Totti. Sebelum masuknya Dodo, Il Capitano masih harus ikut berjuang mengamankan sisi kiri Roma yang berkali-kali dieksploitasi Candreva.
Masuknya Dodo membuat Totti bisa lebih fokus mengeksploitasi sisi kanan pertahanan Lazio yang dijaga Gonzalez. Dari sinilah akhirnya Roma menemukan ketajaman lini serangnya. Data whoscored mencatat hampir 43% serangan Roma berasal dari sisi lapangan yang ditempati oleh Totti.
Pertahanan Lazio Rapi
Aroma panas memang selalu terasa di laga Derby Della Capitale. Dari 5 head-to-head terakhir selalu berujung dengan kartu merah yang keluar dari saku wasit. Dan di laga tadi malam kondisi serupa terjadi. Kartu merah yang diterima center back Lazio, Giuseppe Biava, ternyata tak membuat tensi pertandingan turun.
Keluarnya Biava langsung digantikan oleh Ciani dengan menumbalkan Ledesma. Otomatis Lazio bermain dengan pola 4-4-1 dengan tanpa seorang natural defensive midfielder di lapangan. Kesan yang terlihat adalah Petkovic tidak kehilangan nyali sedikit pun untuk mengendurkan serangannya.
Dan itulah yang terjadi. Kendati harus bermain dengan 10 orang nyaris di sepanjang babak II, Petkovic terus mengintruksikan anak buahnya menyerang. Statistik menunjukkan, pasca keluarnya Biava, Lazio berhasil membuat 5 attemps, masih lebih baik ketimbang Roma yang hanya mampu membuat 4 attemps.
Keberhasilan Lazio menahan Roma adalah mereka tidak terburu-buru melakukan tekanan pada Roma. Pemain Lazio lebih sering membiarkan Roma masuk lebih dulu ke pertahanan, baru kemudian pressing dilakukan. Catatan statistik menunjukkan, hampir 80 persen tackle yang dilakukan pemain Lazop dilakukan di daerah pertahanan mereka sendiri.
Selain itu, barisan pertahanan Lazio juga tampil dengan konsentrasi yang sangat baik. Mereka jarang melakukan kesalahan fatal di daerahnya sendiri. Dari 35 tackle yang dilakukan Lazio, 29 di antaranya adalah bersih.
Faktor lainnya adalah gemilangnya penampilan Federico Marchetti dalam menjaga gawang terutama ketika set-piece yang dilakukan Totti. Lima penyelamatan gemilang berhasil diselamatkan Marchetti di sepanjang babak kedua.
source : sport detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar