Ya, bocah yang masih SD itu pemain gitar dalam grup band yang sedang manggung itu. Dan waktu itu siapa yang akan tahu dan akan mengira kalo si bocah itu nantinya akan menjadi pemain bass grup papan atas di Indonesia. Ya! Bocah itu adalah Thomas Ramdhan yang kini kitakenal sebagai salah satu tulang punggung kelompok musik GIGI. Thomas memang berasal dari lingkungan keluarga musik. Di tubuhnya mengalir darah seni dari ayahnya yang pemain biola kala itu. Dan dia banyak belajar — secara langsung maupun tak langsung — dasar-dasar bermainmusik dari ayah tirinya yang kebetulan juga pemain bass. Thomas kecil yang waktu itu bercita-cita jadi arsitek sering ikut ayahnya saat band ayahnya manggung. Di dekat panggung dia dengan tekun memperhatikan band ayahnya yang sedang in action.
Thomas kecil pun kelas lima SD sudah mulai nge-band. Tapi uniknya dia bukannya jadi pemain bass seperti ayahnya yang hampir tiap manggung dia tongkrongin itu — seperti juga ‘jabatan’-nya saat malang melintang di blantika musik Indonesia setelah dia dewasa — melainkan sebagai pemain gitar. Dan kegiatannya sebagai gitaris itu pun memenuhi hari-harinyasemasa SMP hingga SMU. Waktu itu bandnya bernama Crazy Boy.
Hingga suatu saat (waktu Thomas kelas dua SMU) pemain bass Crazy Boy ceritanya lagi mempunyai ‘kesibukan’ yang cukup banyak menyita waktu, sampai-sampai mengganggu stabilitas Crazy Boy. “Dia waktu itu lagi ‘sibuk’ pacaran sampai gak sempat ngulik lagu-lagu yang harus dimainkan Crazy Boy”, ungkap Thomas. Kebetulan Thomas cukup rajin sekali dalam ngulik lagu. Meski dia pemain gitar, dia ngulik juga permainan bass yang ada di lagu-lagu yang dibawakan Crazy Boy. Akhirnya teman-teman band-nya mendaulat Thomas untuk menduduki posisi pemain bass yang ‘sibuk’ pacaran tadi itu. Sejak saat itulah Thomas konsisten hinggasekarang dengan ‘jabatan’nya sebagai pemain bass. Saat kelas dua SMU itu pula debut Thomas sebagai pemain band profesional (dalam artian sudah menerima kompensasi untuk keahliannya bermain). Debut itu dimulai saat dia memperkuat formasi Primas Band, sebuah band pengiring yang sering mengiringi artis-artis Jakarta kalau sedang show di Bandung. Selepas SMU penggemar warna hitam dan putih itu mulai merambah duniaentertainment reguler/rutin di pub-pub atau kafé-kafé yang ada di Bandung. Hal itu bermula dari sekadar ikut temannya yang pemain band reguler di sebuah kafé. Cukup sering dia ikut nongkrongin temannya bermain bersama grupnya. Pemain bass grup tersebut kebetulan sering datang terlambat, maka siapa lagi kalau bukan Thomas — yang memang sering nongkrong di situ — untuk dimintai tolong sementara menggantikan pemain bass yang terlambat tadi sampai si pemain datang. Kadang cumaselagu dua lagu, tak jarang sampai satu session (satu sampai satu setengah jam) Thomas berperan sebagai pemain pengganti. Sampai akhirnya pada suatu saat Thomas pun resmi menekuni bidang entertain rutin tersebut sebagai bassist. Dan nggak tanggung-tanggung, dalam
kurun yang sama dia merangkap sebagai bassist dari dua band entertain. Yang satu adalah Gunsmoke Band, yang khusus membawakan lagu-lagu rock di kafé, satunya lagi adalah Headline Band yang melantunkan lagu-lagu
top 40. Di periode yang bersamaan pula Thomas juga membentuk band Exist antara lain bersama Baron. Band ini nggak main di kafé-kafé, band inilah yang menjadi ajang kreativitas dan ekspresinya Thomas dan kawan-kawan.
“Kalau di Gunsmoke dan Headline untuk cari duit, nah di Exist inilah duit itu dihabiskan”, tutur Thomas sambil tertawa. Karena memang Exist bisa dikatakan band yang cukup idealis dan masih bersifat amatir. Memainkan lagu-lagu yang sebagian besar karya sendiri di kampus-kampus dan belum bisa dibilang menghasilkan income. Nah, untuk membiayai kegiatan Exist ini Thomas ‘kerja’ di Gunsmoke dan Headline. Dari hasil kerja itu juga Thomas memiliki gitar bass pertamanya Yamaha B-Motion warna hitam, yang sekarang sudah nggak dia pegang lagi. “Kalau ada yang tahu di mana ‘mantan’ bass gua itu, gua beli lagi deh. Itu bass bersejarah buat gua”, ujar pengagum Billy Sheehan itu. Hijrah ke Jakarta Waktu Jeniffer Beaton (Gitaris Michael Jackson) mengadakan workshop dan promo album solonya di Bandung, Thomas ketemu sama anak-anak Slank (saat itu Pay cs) juga Anang dan Ronald. Hari itu kebetulan adalah jadwal Thomas harus main dengan salah satu band regulernya, jadi dia nggak bisa ngikuti acara sampai selesai. Saat pamit sama teman-teman musisi dari Jakarta tadi, Thomas sempat mengundang mereka datang ke kafe tempat dia main. Dan memang setelah acara Jeniffer Beaton selesai Pay dan kawan-kawannya bertandang ke kafe tempat Thomas dan bannya sedangmenjalankan tugas. Malah mereka sempat ber-jam session segala. Usai itu, “Mas, elo ngapain ngendon di Bandung aja. Potensi elo ada, ke Jakarta dong! Karier lo akan lebih berkembang di sana”, kata Pay keThomas, “Udahlah bikin grup aja di sana. Ini ada Ronald dan yang lainnya”. Usul Pay tadi bener-bener dipikirkan sama Thomas. Dan bulatlah tekadnya, tahun 1991 Thomas hijrah ke Jakarta.
Di Jakarta Thomas lebih sering jalan sama Ronald, Alm. Andi Liani, Anang, dan tentunya Pay. Dan memang setelah Thomas hijrah ke Jakarta lebih banyak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kariernya. Banyak sudah dentuman bassnya, aransemennya, ciptaannya yang ikut menghiasi album rekaman artis-artis di Jakarta. Hasil karyanya yang perdana adalah “Kembalilah Kasih” yang langsung menjadi jago di album Anggun C. Sasmi. Selain itu untuk Anggun Thomas juga sebagai player di album lainnya yaitu “Nocturno”. Di album pertama dan kedua Almarhum Andi Liani Thomas juga ikut ambil bagian di sektor cabik-mencabik bass, bahkan di album ketiga selain main bass dia juga sebagai music director-nya. Sayang, album ketiga ini rupanya adalah album terakhir Andi Liani yang tak terselesaikan dan tak sempat beredar karena baru sempat mengisi vokal satu lagu, Tuhan telah memanggilnya. Di album Atiek CB dengan judul “Terapung” Thomas juga berperan sebagai arranger selain sebagai player dan lagu Terapung yang menjadi judul album sekaligus keytrack-nya adalah hasil karyanya. Abum ini sempat mendapat komentar dari Greenday, Allanis Morissette, Eddie dan Alex Van Hallen. Komentar yang positif tentunya. Selain Terapung di album ini Thomas juga bikin lagu bareng-bareng Indra Lesmana dan Oppie Andaresta.Judul lagunya : “Aku”. Thomas dan Indra bikin lagunya, Oppie bikin liriknya. Bikin lagu bareng Indra Lesmana adalah salah satu pengalaman yang mengesankan bagi Thomas. Karena sewaktu masih di Bandung dan belum ‘berkibar’ di Jakarta, dia sempat kagum dan ngefans antara lain sama Indra Lesmana, Eet Sjahranie, Alm. Billy J. Budiardjo dan Erwin Gutawa. Saat itu tak terbayangkan bahwa dia akan bisa bermain, berkarya dan bekerja sama dengan mereka. Dan kini semua itu telah menjadi kenyataan. Main barengsama Eet saat ngisi album solonya Lilo KLA. Alm. Billy sempat mengaransemen string section-nya untuk salah satu karya Thomas di album Andi Liani. Dan saat GIGI mengadakan Konser Balas Budi tahun lalu, aransemen string-nya ditangani oleh Erwin Gutawa. Thomas juga mengaku banyak belajar dari Pay dalam meniti kariernya di jalur musik seperti cara bikin lagu, dan sebagainya. Masih banyak sederet panjang nama artis yang dalam albumnya Thomas ikut ambil bagian seperti Anang (album kedua dan ketiga), Titi D.J, Trio Libels, Nicky Astria, Oppie Andaresta, Paramitha Rusadi, Poppy Mercury, Dewi Gita, Paquita Wijaya, Uci Wibi, Memes, Sophia Latjuba, KLA Project, Vinnie Alvionita, Mayangsari dan masih banyak lagi. Yang paling menarik adalah saat ikut ngerjain albumnya Mayangsari. Di sinilah salah satu awal dari terbentuknya GIGI. Di proyek ini dia dan Ronald — yang waktu itu sering jalan bareng dan kebetulan keduanya ikut ngisi di album Mayang tersebut — ketemu Dewa Budjana Satu lagi cerita menarik. Saat Slank sedang ngerjain albumnya di studio Jackson, Thomas juga lagi nongkrong di sana. Waktu itu Slank sudah nggak ada Bongky, pemain bassnya. MakaThomas diminta anak-anak Slank untuk mengisi bassnya. Setelah coba mengisi, ternyata permainan bass Thomas dianggap terlalu rumit buat anak-anak Slank. Sementara itu bagi Thomas ya begitu itulahpermainannya dia. Akhirnya ya nggak jadilah Thomas ikut ambil bagian di album Slank tersebut.
Bass Lima Senar
Bila kita simak, kalo Thomas sedang in action sama GIGI — khususnya masalah gitar bassnya — mungkin sepintas kita nggak akan tahu bahwa tuning (seteman) senar bassnya nggak lazim seperti gitar bass pada umumnya. Standarnya tuning gitar bass adalah : senar nomor 1 – G, nomor 2 – D, nomor 3 – A dan nomor 4 – E. Versinya Thomas adalah senar nomor satu dan dua sama seperti bass pada umumnya (G dan D) tapi nomor tiga dan empatnya bukan A dan E, melainkan sama juga dengan nomor satu dan dua yaitu G dan Ddengan oktaf yang lebih rendah. “Gua nemu tuning kayak gitu itu saat nggarap album Baik (Album GIGI ke enam, red.)” Thomas mulai penjelasannya, “Ada beberapa lagu yang gua butuh nada rendah. Sebetulnya bisa pake bass lima senar sih, tapi gua nggak punya selain itu rasanya ribet banget pake lima senar. Buat gua rasanya rada maksa gitu. Orang jari kita pendek-pendek. Terus gua coba-coba beberapa eksprimen,” lanjut Thomas,”Ternyata tuning G-D-G-D paling efisien, jari-jari gua bisa lebih leluasa merambah not-not yang gua inginkan”, begitu jelas Thomas. Dan pada awalnya setiap konser setelah album Baik itu Thomas selalu membawa dua bass yang berbeda tuning-nya. Satu dengan tuning versi Thomas untuk membawakan lagu-lagu dari album Baik, satunya lagi dengan tuning standar untuk memainkan lagu-lagu selain album Baik.
Tapi belakangan ini Thomas naik panggung dengan hanya membawa satu gitar bass dengan tuning G-D-G-D. Jadi semua lagu GIGI — meskipun bukan dari album Baik — kini dimainkan Thomas dengan tuning bass versinya
sendiri. “Kayaknya gua udah nemuin style gua main dengan tuning bass seperti itu”, ungkapnya. Mau coba main dengan tuning bass ala Thomas